Selasa, 25 September 2012

Pusgiwa sore ini

sore ini usai selesai kelas , aku bingung hendak kemana , pukul menunjukan 15.00 WIB , akhirnya kuputuskan untuk sekedar browsing di iMac perpusat kami biasa menyebutnya , usai browsing mampir ke kontrakan teman yang nampak berantakan , malum saja perjaka-perjaka itu malas untuk membereskan kamarnya , usai sekedar silaturahmi dan menghabiskan waktu disana , aku rencana ingin kembali ke kampus menuju pusat kegiatan mahasiswa (Pusgiwa UI ) seperti biasa , namun sore tadi nampak mendung , hampir saja ku urungkan niat kesana .

setelah ku gas motor ku mengarungi jalan margonda yang menyeremkan itu bagi penyebrang jalan ,  selanjutnya melewati stasiun pocin gerimis pun turun , dan anehnya ketika melewati sekitaran FMIPA hujan mulai deras , aku sudah tahu bahwa hujan di kampus ku sering kali tidak merata jadi ku nekat saja menerobos untuk segera sampai ke pusgiwa . nyatanya benar , setelah memutar melewati FT tidak hujan sama sekali . ini menjadi common case di kampus UI Depok , sebuah fenomena yang bisa dirasakan oleh mahasiswa UI kalau saja ia menyadarinya ,
jalan masuk menuju pusgiwa  (sumber :google )

sesampainya di Pusgiwa , tak seperti biasanya keadaan ramai sekali karena ada acara BEM UI fun week , acara lomba di sela-sela sibuknya rutinitas BEM yang sangat dinamis , entah walaupun mungkin tidak semua organ di dalamnya dinamis , namun cukup menggambarkan dari departmen yang saat ini aku jalani .
karena dalam seminggu saja ada sedikitnya mengurus beberapa acara lingkungan yang sudah di agendakan , tadi kami menyiapkan persiapan acara besok , yaitu acara memperingati hari kesehatan lingkungan dunia dalam memfokuskan kepada penggunaan stereofoam yang memicu kerusakan lingkungan dewasa ini . sialnya tiba-tiba kaki ku menginjak lebah yang sedang tiduran di lantai dan mengantup talapak kaki ku dengan durinya , dugaan ku salah yang mengira sedang menginjak puntung rokok , karena rasa yang muncul itu sama saja . rasanya sulit berjalan seketika .

aku sebenarnya bingung apa yang harus ku perbuat , jujur saja acara itu tidak terkonsep dengan baik , ketua pelaksananya saja tidak kompeten dalam bidang yang digarap , terlebih acara ini ingin melibatkan seluruh komponen sosmas di tiap fakultas , sontak tidak mendapatkan perhatian yang serius dari beberapa fakultas , sementara teman - teman yang lain membuat sebuah figur dari sampah botol plastik , aku hanya sibuk memperhatikan dengan sesekali bersenda gurau agar suasana tidak beku dan kelihatan sangat membosankan.

aku dan odit teman seperjuangan ku di kampus memang tidak bisa terpisahkan , entah ada angin apa sampai sejauh ini kita sering kali bertemu dalam wadah yang sama dengan selera humor yang sama  , dari mulai masuk jurusan , organisasi kampus , sampai BEM kita dipertemukan dengan tidak sengaja , takdir bicara lain soal pertemenan , sama halnya dengan teman-teman sejarah di FIB dan tentunya teman-teman DLH .

kegilaan-kegilaan kami kadang tak terbendung dan terkendali di pusgiwa sehingga mungkin departmen kamu yang paling seru sendiri atau rusuh . aku pun tidak bisa menahan tawa ketika guyonan yang muncul saling keluar dan bertabrakan . yaah memang di tengah rutinitas yang menuntut konsentrasi kami yang tinggi aku tidak mau sepenuhnya bekerja di bawah tekanan , terlebih inspirasi tidak bisa muncul dengan tekanan .

memang aku bukan seorang kreativ yang mampu menciptakan karya-karya hasil tangan seperti yang lain , sehingga terpaksa aku melihat saja apa yang mereka coba kerjakan. berselang dua jam , Sitjam ketua dept kami meminta ide kepada ku , walaupun terkadang aku tak  memberikan ide bila tidak diminta , akhirnya aku beri konsep yang melintas begitu saja di kepalaku untuk acara esok hari , entah apa ini akan terealisasi besok  ,batinku memnggugat setidaknya aku sudah sedikit membantu dengan kehadiran ku .

semoga saja ..

kembali ke asrama aku disambut penghuni asrama tahun lalu , ya penghuni lantai 4 , mereka rupanya sedang melakukan ritual jalan malamnya  yang sudah lama tak di lakukan , mereka berjalan kaki ke asrama , mereka juga teman disatu jurusan ku ,  yang kontrakannya sore tadi ku kunjungi ,  begitulah hidup terkadang bertemu orang yang kadang kita tidak menyangkanya dia akan hadir .
dan tak lama kami bicara di kantin , mengenang kehidupan kami di asrama setahun lalu , karena aku memutuskan untuk memperpanjang masa tinggal ku disini setahun kedepan , mereka harus kembali berjalan dan aku pun memasuki kamar ini ..  aahh aku rindu kamar lama ku di lantai 4 gedung ini ...

Rabu, 19 September 2012

Jakarta Dalam Perspektif Humaniora

Bismillahirrahmanirrahim ..

Sore tadi , aku sedang menjalani kelas yang membosankan karena dosen yang terus menerus berbicara monolog perihal hubungan pengaruh masa kolonial dengan perubahan struktur administrasi wilayah di Nusantara. Bahkan aku nyaris tertidur dengan lelap , inilah mengapa aku selalu mengkiritisi metode para pengajar yang tidak efektif . pukul menunjukan 3 sore , akhirnya dosen menutup kelas dan menyuruh mahasiswa untuk membaca sendiri buku-buku terkait .

Sore tadi , aku bertaggung jawab atas acara diskusi publik yang dilaksanakan di FIB UI , diskusi ini secara garis besar membicarakan nasib IbuKota Indonesia , utamanya karena esok hari akan ada Pilkada Jakarta yang telah menyisakan dua kandidat yaitu Jokowi-Basuki dan Foke-Nara . Memang persiapan yang kami lakukan terbilang cepat , aku dan teman-teman Kastrat BEM FIB sebisa mungkin mempublikasikan bahwa ada issue menarik yang akan dibahas di gedung 9 sore tadi , namun nampaknya antusiasme warga FIB masih kurang sama seperti diskusi publik pertama yang kami adakan beberapa bulan yang lalu , pembicara dalam diskusi kali ini adalah Bpk Bondan Kanumuyoso biasa disapa mas Bondan  yang tak lain adalah dosen ku sendiri dalam beberapa mata kuliah sejarah , yang selalu membuat inspirasi di dalam setiap kali kelasnya. Dan pembicara kedua adalah kak Nila Rahma , seorang mahasiswa senior angkatan 2007 yang concern dalam penilitian kebudayaan Jakarta.

Siang itu dijadwalkan acara di mulai jam 15.30 , namun yang baru datang hanya panitia dan Mas Bondan namun 10 menit berselang dengan beberapa orang kami mulai acara diskusi tersebut , setelah moderator (Ipul kadep Kastrat) membuka acara , Mas Bondan dipersilahkan untuk memulai pembicaraan . Mas Bondan dengan tenang mengatakan bahwa ekspektasinya mahasiswa yang hadir dalam diskusi akan banyak , namun nampaknya antusiasme mahasiswa terkait pemilukada ini nampaknya kurang diminati sebagai pembelajaran. Tentunya hal ini menggambarkan sebagian besar orang-orang di Jakarta juga banyak yang mengabaikan pesta demokrasi Ibukota dewasa ini . Padahal hal ini sangat penting untuk menjadi perhatian karena menyangkut nasib kota Jakarta dan masyarakatnya itu sendiri .

Mas Bondan mula-mula membahas sejarah kota Jakarta sejak zaman kolonial hingga kemerdekaan yang sejatinya kota Batavia itu adalah pusat perdagangan rempah-rempah di Pulau Jawa , bagaimana tidak di sebelah barat dan timurnya adalah penghasil lada , cengkeh dan kayu manis yang sangat laris dipasaran eropa. Dan terbentuklah sebuah kota pusat ekonomi dan administratif kolonial berdasarkan lokasi yang strategis yaitu jalur pelayaran laut yang mudah mengakomodasi perdagangan kala itu .


Batavia pada awal abad ke - 17
Selanjutnya pada masa Orde Lama , Soekarno membangun monumen dan bangunan yang bercirikan Persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia , seperti kita ketahui Soekarno membangun Monas , patung selamat datang dan Senayan dengan Ganefonya kala itu sebagai tandingan Olimpiade dunia . Kemudian Soekarno jatuh , digantikan Soeharto yang mencoba mendekonstruksi menghilangkan semua gambaran-gambaran tentang Soekarno , dia mencoba menciptakan Indonesia yang baru , yang bukan lagi bercirikan persatuan , rasa cinta tanah air dan bangsa ,tapi simbolisasinya adalah pembangunan yang artinya adalah modernisasi dan ini terwujud bukan lagi sebagai monumen dan jalan , tetapi gedung-gedung , bangunan - bangunan infrastruktur dan pusat-pusat perbelanjaan , saat itu terjadi perubahan fungsi Kota Jakarta yang tadinya sebagai kota yang bercirikan persatuan nasional menjadi kota yang bercorak konsumtif (simbol modernisasi).

belum banyak gedung tinggi di sepanjang jalan Semanggi tahun 1992

  

Kemudian mas Bondan juga membahas Issu panas belakangan hari yang mencuat dari kedua Kandidat tersebut , disatu sisi membicarakan Program kerja yang akan digarap tentunya lazim saja dalam kampanye , namun yang miris adalah ketika issu-issu yang diangkat oleh kandidat tersebut adalah Issu SARA yang menyerang kandidat lain , dan parahnya sebagian warga Jakarta malah termakan oleh issu yang tidak baik ini. Karena seperti kita ketahui bahwa Kota Jakarta tumbuh dan menua tidak hanya oleh satu kalangan atau etnis tertentu saja , namun sejak dahulu kala semua pendatang beramai-ramai datang ke Jakarta dari berbagai latar belakang etnis dan agama .
Menurut Mas Bondan , issu ini sangat tidak relevan terhadap perubahan atau perbaikan Kota Jakarta . Membahas masalah suku , ras dan agama tidak ada hubungannya dengan perbaikan Indonesia , yang lebih relevan adalah program yang mereka bawa. Dan kita harus mempertimbangkan berdasarkan program serta kinerja mereka selama ini , kita tahu bahwa janji-janji kampanye mereka harus dipertanggungjawabkan kemudian hari dan tentunya dapat menjawab permasalahan warga Jakarta 5 tahun ke depan .
Setalah mas Bondan menutup pembicaraannya , kemudian kak Nila mengisi diskusi dengan membuka pembicaraan menyangkut dengan budaya Jakarta dewasa ini , kak Nila membandingkan pola peremajaan budaya Jakarta yang ada sekarang ini dengan Kebudayaan yang ada di Solo berdasarkan pengamatan dan penelitiannya selama ini , di Solo budaya dan seniman disana di kemas secara konsep yang menarik dan variatif seperti dalam pameran , festival dan acara-acara malam yang sangat baik , hal ini tidak terlepas dari peran serta pemerintah setempat dalam mengakomodasi berbagai acara itu seperti Festival Batik dan acara pekanan di Solo yang sukses meraih perhatian dari berbagai pendatang dan turis , hal sebaliknya terjadi di Jakarta , dimana masyarakat tidak melihat kebudayaan asli Jakarta seperti lenong sebagai sesuatu yang memiliki nilai estetika yang tinggi . Bahkan masyarakat lebih senang dalam melihat pertunjukan konser musik dangdut dan semacamnya .

Namun yang lebih penting bagi kak Nila budaya tidak melulu membicarakan masalah seni , tapi juga mental dan moral orang di dalamnya , kak Nila melihat masyarakat Jakarta sebagai masyarakat yang konsumtif serta melihat prestise sebagai pertimbangan dalam menentukan kesukaan , kak Nila berpendapat bahwa masyarakat Jakarta lebih suka sesuatu yang lebih mahal untuk dibeli dibanding yang murah namun berkualitas.

-------------------------------------
Sepanjang diskusi publik ini mahasiswa yang hadir sangat antusias dan hikmat dalam mendengarkan pemaparan dari  para pembicara , karena gagasan -gagasan yang terbangun ini sangat menginspirasi . 
saat ini aku hanya bisa menuliskan sedikit dari isi pembicaraan sore tadi apabila ada waktu segera aku tambahkan sisa-sisa ingatan di sore tadi untuk bisa di share disini .  Semoga kita tidak salah lagi dalam memilih pemimpin dan pemimpin pun harus merefleksikan apa yang telah dia janjikan untuk rakyatnya .

Hidup Mahasiswa ...
Hidup Rakyat Indonesia...
selamat malam menuju pagi
fahmy . 20/09/2012 2:15 AM