Rabu, 17 Oktober 2012

Beasiswa Salah Sasaran

baru saja di kantin fasilkom tadi aku dan teman-teman sejarah bicara soal mahasiswa yang sangat fashionable bahkan bermobil yang mendapat beasiswa Bidik Misi , yang notabenenya beasiswa yang ditujukan untuk mahasiswa yang kurang mampu secara finansial dari Pemerintah . tapi apa lacur , beasiswa yang di lontarkan pemerintah dari rakyat untuk rakyat ini tak sepenuhnya tepat sasaran , banyak sekali mahasiswa yang jauh dari kata "kekurangan" dengan bangganya mendapatkan beasiswa ini , bahkan mahasiswa yang sangat pas-pasan dan bahkan kesusahan malah tidak bisa mendapatkan beasiswa yang sangat menjamin ini . aku hanya bersimpati kepada mahasiswa yang tidak mendapatkan haknya ini , dan akhirnya putus kuliah untuk mencari nafkah . sebaliknya mahasiswa yang licik memanfaatkan sistem yang lemah dalam prosedur beasiswa ini malah menggunakannya dengan cara-cara yang sangat tidak bijak. Pasalnya besiswa dari Pemerintah ini tidak hanya membiayai perkuliahan sampai tamat , namun juga uang saku sebesar 600ribu perbulan , angka yang cukup menggembiarakan bukan ? tanpa perlu kerja , berdedikasi atau mengabdi pada lembaga apapun , hanya kuliah sebagaimana mestinya.


Disisi lain ada teman-teman yang karena mendapatkan beasiswa malah menjadi malas-malasan dalam belajar dan kuliah , hal ini didasarkan kepada pemikiran bahwa untuk kuliah dia tidak mengorbankan apa-apa , semua-muanya ditanggung oleh pemerintah , jadi apabila dia tidak lulus dalam mata kuliah pun tak jadi soal .
tak ada rasa bersalah kepada orang-tuanya , karena orang tua pun tidak mengeluarkan apa-apa untuknya . ini adalah fenomena kontras yang terekam dalam ingatan ku , bagaimana mahasiswa yang mati-matian mempertahankan dirinya untuk tetap melanjutkan kuliah , dan yang bosan dengan kehidupan perkuliahan namun serba berkecukupan .

Hal ini membuat ku gerah , karena kerap kali mereka yang menerima beasiswa itu ada di wilayah fakultas ku dan bahkan jurusan ku sendiri , bagaimana tidak , mereka memiliki apa-apa yang mahasiswa biasa tidak miliki , serba berkecukupan . mungkin budaya tahu malu harus ditegakkan di bangsa ini . hal ini dianggap hal yang lumrah di kampus-kampus yang ku ketahui , tak hanya di UI , namun juga di UNJ dan lain-lain. sering kali aku bertanya kepada mereka yang mendapat beasiswa itu . bagi mereka itu adalah hal yang biasa saja dan jelas menguntungkan. ketika aku tanyakan dulu kepada temanku yang kuliah di UNJ alasannya ini diberikan kepadanya karena kelebihan jatah beasiswa yang diberi ke kampus dan mahasiswa yang menerimanya masih kurang dari quota yang diberikan. padahal boleh jadi mahasiswa yang tidak mengetahui beasiswa ini dan kekurangan banyak juga jumlahnya .

contohnya Odit teman seperjuangan ku di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya yang dulunya Fakultas Sastra UI ini malah tipikal mahasiswa yang serba pas-pasan dan sering kali terlibat hutang karena masalah finansial akibat biaya penunjang kuliah yang kian merangkak mahal. awalnya odit dikenakan biaya BOP persemester 3juta , lalu aku beri saran untuk mengajukan banding , karena dia pikir itu sangat ribet dan berbelit dia tidak mau , di kemudian hari akhirnya dia merasa perlu juga untuk banding , alhasil biaya kuliahnya sekarang sudah 700ribu per semester . tapi odit bukan lah penerima beasiswa dari instansi manapun , padahal dilihat dari kriteria dan IPK nya dia sangat berpeluang untuk menerima beasiswa .

beasiswa memang menggiurkan , tapi perlu kita ketahui bahwa beasiswa banyak bentuknya , ada beasiswa prestasi , ada beasiswa untuk penelitian , dan ada beasiswa untuk orang yang tidak mampu sebagaimana APBN 20% digunakan untuk pendidikan . Semestinya mahasiswa harus lebih bijak dalam menentukan beasiswa yang ingin di "apply" , kalau beasiswa seperti Bidik Misi ini jelas sekali hanya untuk orang-orang bertaraf tidak mampu dan ada parameter khususnya . sayangnya tidak ada kajian tentang itu karena penerima beasiswa seperti dikekang oleh sistem yg dibuat oleh rektorat dan banyak juga penerima beasiswa yg tidak peduli soal siapa yg layak dan tidak layak menerima beasiswa. ada pengakuan dari seorang penerima yang mengisi jujur kekayaan yang dimilikinya dalam form , namun tetap saja menerima beasiswa tersebut , seakan kampus hanya memenuhi jumlah quota beasiswa yang diberikan pemerintah tanpa mempertimbangkan mahasiswa-mahasiswa lain yang boleh jadi kesulitan dalam mengakses informasi beasiswa atau proses pengajuan itu .

sering kali mahasiswa yang berkecukupan itu memanfaatkan celah-celah atau pemalsuan dalam pengajuan beasiswa ,boleh jadi juga kesalahan orang-orang birokrat kampus yang tidak hati-hati dalam memfilter pengajuan dengan investigasi yang lebih tajam . hal ini penting untuk dikaji ulang dari berbagai pihak terkait , utamanya Pemerintah , Kampus , dan Adkesma kampus .  dan yang penting para pengurus beasiswa di kemahasiswaan tiap fakultas lebih jeli lagi dalam menyaring mahasiswa yang mengapply beasiswa Bidik Misi,
Tujuannya agar beasiswa bisa disalurkan kepada mahasiswa yang murung mukanya karena bingung membayar cicilan SPP / BOP-B , agar tidak lagi salah sasaran lari ke kantong tebal mahasiswa rakus yang tak tahu malu itu lagi . sebenarnya bisa saja kita laporkan bila ada kecurangan-kecurangan yang terjadi di dalam proses pengajuan beasiswa ini , baik di pihak mahasiswa maupun birokrat kampus yang mungkin juga salah . tapi belum ada yang berani sampai sejauh itu , semoga saja nanti ada perubahan  .


Hakikat hidup adalah dapat mencintai , dapat iba hati dan dapat merasakan kedukaan orang lain .
Soe Hok-Gie

Tidak ada komentar:

Posting Komentar