Jumat, 24 Mei 2013

Dunia Paradoksal

terlahir berbeda membuat kita sulit berkata-kata
bertemu dan saling sapa
sapaan yang tak mudah tuk dimulai
perihal kita tidak berada dalam satu garis yang sama

peralihan massa ini akan berlalu cepat
tanpa diimbangi waktu kita berpijak
seperti orang-orang yang mendahului kita
hanya catatan-catatan yang mungkin akan bertahan sedikit lama

seperti saat kau melempar senyumanmu menyapa pagi
seperti ketika kita bertegur sapa dalam bahasa kedamaian
serasa hari itu terasa lebih sejuk dari biasanya
sampai kita kan merindukan saatnya kembali

memang karena wajah-wajah kita akan selalu berubah
di suatu hari yang lain mungkin tak akan pernah sama
ketika pertemanan kita kan teruji untuk sekian kalinya
maka inilah keresahan ku ,
dimana dunia seperti kotak yang diisi oleh nyawa-nyawa
yang suatu saat tak lagi menyimpan misteri nya

lalu ku kan berkata...
betapa paradoksnya hidup ini
setelah segala macam distorsi telah kita lalui
warna-warna yang tak secerah dahulu
atau hati yang sudah menua
semuanya telah membalut kita dalam waktu yang singkat...




Rabu, 22 Mei 2013

Book , Love and Party

Pastinya 3 kata ini tidak asing bagi mahasiswa/i UI. Ketiga hal ini seperti memiliki kolerasi yang sangat erat satu sama lain demi mengisi kehidupan selama kurang lebih 4 tahun sebagai seorang intelektual muda yang sedang bergejolak hasrat dan semangatnya. Kali ini saya akan menulis hal-hal ini yang saya rasakan belakangan ini.

Tahun ini adalah tahun relaksasi bagi saya , karena secara struktural terlepas dari beberapa organisasi formal yang mengikat dimana saya memiki tanggung jawab atas program kerja. Saat ini saya jadi seperti mahasiswa semi-pengangguran, sebentar lagi saya menjadi mahasiswa tua yang akan lebih disibukkan dengan berbagai penelitian dan kemudian menjadi sarjana muda yang belum jelas arah hidupnya, (hampir semua sejarahwan pasti mengalami fase ini). Beberapa bulan  ini memang banyak sekali kawan yang menanyakan kegiatan saya. "aktif dimana sekarang my?","lanjut di BEM my?", kebanyakan hanya saya jawab saya hanya sibuk kuliah atau menjadi mahasiswa independen sementara waktu. 

 Walaupun dalam beberapa acara saya masih sering diundang dan diajak terlibat. Saya juga mengajar siswa SMA kelas 3 di rumah pintar setiap kamis, dua minggu sekali, tapi hal itu tidak banyak menyita waktu saya. Belakangan ini saya lebih banyak menghabiskan waktu untuk sekedar baca buku di depan danau , lari pagi/sore, berdiskusi dengan beberapa teman sepulang kuliah. Malahan beberapa hari ini saya lebih sering menghabiskan waktu sendiri tidak seperti tahun kemarin yang penuh dengan kegiatan bersama orang-orang baru yang saya kenal melalui organisasi dan acara.

Memang mata kuliah semester ini sangat menarik dan saya sukai, tapi berlalu begitu saja selepas perkuliahan. Kurangnya suasana diskusi bagi mahasiswa selain di kelas, mebuat terkadang malah saya lebih tertarik untuk bercakap-cakap dengan dosen yang bersangkutan selesai kelas, karena ketertarikan saya dengan beberapa penelitian. Tapi terkadang saya bosan sendiri menyimpan masalah ini sendirian, saya juga butuh seorang teman untuk berdiskusi di luar kelas. Beruntung beberapa hari yang lalu saya mengikuti lomba debat dalam bahasa inggris dadakan karena diajak oleh teman saya demi menggantikan posisi teman saya yang lain untuk mewakili sejarah , sayang kita hanya bisa tertahan di delapan besar. Tapi saya menjadi tahu bagaimana debat yang baik dalam sebuah forum dan tentunya memperbaiki bahasa saya.

Baik pergaulan di kampus maupun di luar lingkup kampus, beberapa teman seolah sibuk sendiri dengan dunia mereka , ada yang sibuk dengan proyek, sibuk nongkrong sana-sini dan beberapa memilih untuk sibuk menghabiskan waktunya dengan pacarnya. Menjadi ironis memang ketika kita banyak memiliki teman namun lebih banyak menghabiskan waktu sendiri. Kemudian tak sedikit teman yang menyarankan saya untuk segera memiliki wanita maksudnya segera memiliki pacar agar tidak terlalu kesepian katanya. Terkadang saya tertawa sendiri kalau disarankan seperti itu. 

Butuhkah saya seorang pacar ?

Pertanyaan ini sangat menganggu jika terus dipikirkan, Kalaupun saya butuh seorang teman wanita , saya sudah banyak sekali memiliki teman wanita , tapi pertanyaan selanjutnya adalah " teman wanita spesial ?" , saya jawab "banyak teman wanita saya yang spesial bagi saya?". Namun yang mereka maksud adalah satu teman lawan jenis yang intim, biasa kita menyebutnya seorang pacar atau kekasih atau GF (girlfriend). Saya kira dalam masalah ini saya banyak melihat masa lalu saya sebagai guide line langkah saya selanjutnya. Saya sering dinilai orang yang terlalu banyak pertimbangan dalam hal ini, ya memang begitu adanya. Saya kira permasalahan ini bukan sekedar untuk bersenang-senang saja sehabis itu dilepaskan dan dilupakan. Terlepas dari itu masalah lain adalah ketidak cocokan dalam beberapa keriteria , bagaimana seorang wanita yang hendak saya kencani sering kali tidak bisa memahami pemikiran saya atau sebaliknya. Mungkin bagi saya sulit sekali untuk cross path dengan perempuan yang memiliki passion dan pemikirannya yang sama. 

Menjadi sesuatu yang dilematis ketika memang di  zaman yang seperti ini dimana orang yang justru tidak memiliki pacar dipandang sebelah mata atau biasa dibilang tidak laku. Padahal itu sama sekali tidak benar. Banyak saya lihat mahasiswa yang jauh lebih berprestasi karena mereka menyibukan diri dengan banyak kegiatan positif , tidak hanya itu terkadang paradigma pacaran itu sendiri yang menjadi paradoks. 

Terkadang saya memiliki pikiran buruk atas karakter perempuan saat ini ,seperti mereka hanya mencari keuntungan atas suatu hubungan, hal ini akibat dari banyaknya wanita yang mencari lelaki yang mapan saja, tak perduli seberapa baik dan seberapa pintar lelaki itu. Demi memenuhi kebutuhan konsumtifnya yang semakin beragam , tak heran bila banyak ayam kampus dan mahasiswi simpanan politikus saat ini. Begitupun dengan perempuan-perempuan baik yang saya kenal , tak sampai hati saya kalau harus menyakiti mereka misalnya.

Dari beberapa teman yang saya kenal , saya melihat banyak sekali fenomena. Ada yang merasa memiliki teman spesial adalah sebuah kebutuhan primer bagi dirinya , dan ada yang sangat menutup dari hal itu. Kalau  saya pribadi lebih kepada take it easy. Saya melihat hal ini lebih kepada dengan siapa kita hendak memiliki hubungan serius , karena bagi saya memiliki pacar berarti kita memiliki tanggung jawab sosial yang lebih, dimana kita tidak hanya mengembangkan diri kita, tetapi juga kepada pasangan kita. Saya kira sebuah hubungan yang baik harus dilandasi dengan sebuah niat yang baik juga. Kalau pacaran hanya sebatas pemenuhan atas status atau hasrat belaka maka bisa dipastikan hubungan itu tidak akan bertahan lama dan akhirnya hanya akan melukai satu sama lain. Hal ini sangat terbukti kepada teman saya yang memiliki pacar dengan orientasi hanya sekedar untuk pemenuhan kebutuhan fisik misalnya, saya melihat hal ini seperti pasangan pesakitan dan menghilangkan esensi romantisme dari hubungan itu sendiri.

Tidak sedikit teman yang menyarankan "bersenang-senang lah dulu my , mumpung masih muda kita cobain dulu biar nanti elo kalo udah merried kaga penasaran lagi" atau "cewek zaman sekarang mah my gampang lah , masa gue aja bisa lo gak bisa sih , jangan kelamaan jomblo lah lo" ya kira-kira seperti itu atau beberapa teman yang mikir kalau setiap kali saya jalan dengan teman lawan jenis selalu dikira sebagai teman kencan saya, dan saya selalu gonta-ganti pasangan. Saya rasa sempit sekali jika kita terus berfikir seperti ini ,dan menanggapi gosip itu. Padahal hidup jauh lebih menarik dari sekedar hal itu.

 Di satu sisi sebagai seorang pemuda normal di abad 21 ini saya tidak munafik dengan memungkiri adanya kebutuhan fisik dan hasrat biologis dalam diri saya, namun saya kira terlalu jahat apabila semua itu menjadi orientasi saya dalam membangun sebuah hubungan perkenalan yang berlanjut menjadi suatu hubungan lebih lanjut. Dan juga terlalu mainstream bagi saya kalau saya harus ikut kearus pergaulan bebas yang berkedok pacar dewasa ini. Entah mengapa hal ini lama-kelamaan menjadi paradoks dalam hidup saya.

 The tragic of life apabila ketika saya memiliki suatu hubungan namun malah menjadi hambatan bagi saya, sebagaimana hubungan yang sudah-sudah sering kali menjadi batasan bagi saya dalam mengembangkan diri. Saya memang terkadang memikirkan perempuan yang ideal menurut saya yang seperti apa , tapi saya kira itu mungkin tidak akan saya temukan cuma-cuma.  Memang sulit menemukan wanita yang ideal dalam porsi saya ini. Tentunya selain fisik yang ideal , dia tentunya memiliki pemikiran yang ideal juga bagi saya , mungkin wanita yang seperti itu hanya bisa saya temui apabila saya sudah mencapai pada suatu level yang sama dimana saya sudah mengembangkan diri saya jauh dari apa yang ada saat ini atau juga mungkin tidak saya temui dalam kehidupan ini , saya tak mau ambil pusing dan lebih mempasrahkan diri saja saya kira itu lebih baik daripada kita menjadi depresi dengan segala fenomena hidup. 


Senin, 06 Mei 2013

What the girls want ?

Hey blog , kali ini berbeda dari sebelumnya saya mencoba mengulas hal lain yang sering bersentuhan langsung di hidup saya . yaitu persoalan hubungan dengan wanita .

Dalam tulisan ini memang saya tidak meneliti secara ilmiah atau menggunakan metode-metode yang lebih akurat seperti kuesioner dalam menggambarkan persentasi secara umum terhadap masalah ini. Dalam tulisan ini saya lebih menitik beratkan berdasarkan wawancara atau dialektika saya kepada beberapa teman wanita saya, dan pengamatan saya secara empiris. Dalam tulisan ini saya mencoba menemukan "what the girls want?"  dan "what the girls need?". Saya senang sekali bisa mengamati gejala kaula muda dalam lingkup saya , dan membuktikan apakah itu relevan dengan teori yang saya pikirkan (sudut pandang sebagai laki-laki normal).  Saya sangat berharap adanya kritik dan saran atas tulisan saya kali ini secara personal dalam diskusi ala warung kopi.

Di era ini kita beranggapan bahwa populasi wanita lebih banyak dari laki-laki , ternyata setelah saya telusuri justru lebih banyak laki-laki ketimbang wanita . Dalam keterangan tertulis dari BPS yang diterima INILAH.COM di Jakarta, Senin (16/8), disebutkan rasio jenis kelamin penduduk Indonesia berada pada angka 101 dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 119.507.580 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 118.048.783 jiwa. Oleh karenanya anggapan wanita akan lebih kompetitif dalam mendapatkan laki-laki masih bisa dipatahkan juga , karena yang terjadi di lapangan sebenarnya , tetap laki-laki yang lebih kompetitif.

Di kalangan kampus, saya melihat banyak wanita-wanita yang secara fisik proporsional dan dari segi materi berkecukupan ( mid-high class ) banyak berpasangan dengan laki-laki yang secara fisik tidak proporsional . Dari sini kita melihat memang wanita tidak melulu membutuhkan laki-laki yang secara fisik proposional ataupun memiliki kriteria tampan. Memang dilihat dari jumlahnya wanita cantik lebih mudah dijumpai daripada laki-laki yang tampan di kampus hal ini secara empiris wajar saja terbukti karena kaitannya wanita lebih banyak yang menjaga penampilannya ketimbang laki-laki.

Berdasarkan diskusi saya dengan teman saya , wanita hanya ingin sekedar mengagumi laki-laki tampan, baik hati , cerdas dan famous , bukan berarti mereka harus berharap lebih untuk sekedar mendapatkannya walaupun mereka mengenalnya dengan baik. Walaupun tidak menutup kemungkinan mereka untuk membuka hati , tapi jauh dari rasa itu mereka lebih akan tertantang untuk mendapatkan laki-laki yang biasa saja. Meski begitu tak semua wanita terpikat pada materi yang ditawarkan laki-laki. Hanya saja mereka melihat nilai-nilai lain dari laki-laki yang biasa-biasa saja. Seperti kecocokan komunikasi , dalam percakapan mereka memiliki umpan yang baik , ringan dan lucu .

 Tidak hanya laki-laki yang sulit menebak pemikiran wanita , namun begitupun wanita juga rumit dalam memahami pemikiran laki-laki. Wanita terkadang kurang suka bahasan laki-laki yang mungkin terlalu berat bagi mereka ,  mungkin juga tidak satu selera atau hobby . Dalam suatu hubungan ada satu bahasa yang saling menghubungkan komunikasi dua arah yang saling membangun. 

Dewasa ini kita sering sekali mendengar istilah Friendzone , namun apa yang salah dari istilah ini ? saya kira kita  seharusnya meluaskan cakupan friendzone kita (lingkup persahabatan yang sehat) . Namun konteks friendzone ini dimaknai lain , mereka yang berharap memiliki status lebih dari sekedar teman atau sahabat dan memutuskan untuk menyatakan perasaannya dan kemudian ditolak oleh calon pasangannya. Maka dia merasa dia hanya di ranah Friendzone.  Lalu apa yang salah dari kasus ini ?

Mungkin secara mental dia  sudah merasa worth it untuk mendapatkan status yang lebih dari sekedar teman dengan harapannya. Namun banyak wanita yang merasa dia tidak cocok karena perlakuan dia selama ini terlalu baik baginya , atau dia sudah terlalu nyaman dengan pertemanannya. apakah ini murni atas keminderan dari sang wanita? saya rasa tidak , banyak faktor dari penolakan ini.

Kebanyakan wanita tidak terpaku oleh kriteria atau tipe lelaki tertentu seperti lelaki yang tidak merokok misalnya , tapi apabila merasa suka maka dia akan mentidak pedulikan lagi masalah rokok itu. Kebanyakan dari mereka lebih bebas dalam memberikan penilaiannya , selagi mereka merasa nyaman dalam mengenal lebih jauh . kebanyakan mereka lebih memilih laki-laki yang apa adanya dalam artian dia tidak menggunakan topeng dan tetap menjadi dirinya sendiri. You are as you are. Dan mungkin itu sepadan dengan kekurangan wanita itu sendiri , even human try to be perfect . Jadi wanita akan lebih mengapresiasi kejujuran kita atas diri sendiri. Wanita juga tidak suka di compare dengan wanita lain.

Wanita memang suka perhatian , tetapi perhatian yang berlebihan hanya akan membuatnya merasa terganggu dan akhirnya memalingkan perhatiannya kepada kita . Do your own Bussiness ! . Tetapi sekali dia memberikan perhatiannya kepada mu , setiap kata yang dikeluarkannya ingin di dengar sampai selesai. itu adalah bentuk penghormatan terbesar baginya. 

Singkatnya wanita lebih tertarik dengan laki-laki yang sungguh-sungguh menghampirinya dengan gentle dan apa adanya tanpa dibuat-buat . Dan memberikan waktunya untuk berbagi masalah-masalah yang dihadapinya . Wanita melihat hal-hal kecil yang kadang dilewatkan oleh laki-laki. Sampai-sampai mereka menyukai hal-hal yang simpel dari laki-laki . 

Yang terakhir adalah semua itu tergantung dengan perspektif dan selera anda . Karena Sesuatu yang layak untuk dimiliki adalah ketika memang kita sudah layak untuk mendapatkanya , you should worthy for  getting it as your self.