Senin, 06 Mei 2013

What the girls want ?

Hey blog , kali ini berbeda dari sebelumnya saya mencoba mengulas hal lain yang sering bersentuhan langsung di hidup saya . yaitu persoalan hubungan dengan wanita .

Dalam tulisan ini memang saya tidak meneliti secara ilmiah atau menggunakan metode-metode yang lebih akurat seperti kuesioner dalam menggambarkan persentasi secara umum terhadap masalah ini. Dalam tulisan ini saya lebih menitik beratkan berdasarkan wawancara atau dialektika saya kepada beberapa teman wanita saya, dan pengamatan saya secara empiris. Dalam tulisan ini saya mencoba menemukan "what the girls want?"  dan "what the girls need?". Saya senang sekali bisa mengamati gejala kaula muda dalam lingkup saya , dan membuktikan apakah itu relevan dengan teori yang saya pikirkan (sudut pandang sebagai laki-laki normal).  Saya sangat berharap adanya kritik dan saran atas tulisan saya kali ini secara personal dalam diskusi ala warung kopi.

Di era ini kita beranggapan bahwa populasi wanita lebih banyak dari laki-laki , ternyata setelah saya telusuri justru lebih banyak laki-laki ketimbang wanita . Dalam keterangan tertulis dari BPS yang diterima INILAH.COM di Jakarta, Senin (16/8), disebutkan rasio jenis kelamin penduduk Indonesia berada pada angka 101 dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 119.507.580 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 118.048.783 jiwa. Oleh karenanya anggapan wanita akan lebih kompetitif dalam mendapatkan laki-laki masih bisa dipatahkan juga , karena yang terjadi di lapangan sebenarnya , tetap laki-laki yang lebih kompetitif.

Di kalangan kampus, saya melihat banyak wanita-wanita yang secara fisik proporsional dan dari segi materi berkecukupan ( mid-high class ) banyak berpasangan dengan laki-laki yang secara fisik tidak proporsional . Dari sini kita melihat memang wanita tidak melulu membutuhkan laki-laki yang secara fisik proposional ataupun memiliki kriteria tampan. Memang dilihat dari jumlahnya wanita cantik lebih mudah dijumpai daripada laki-laki yang tampan di kampus hal ini secara empiris wajar saja terbukti karena kaitannya wanita lebih banyak yang menjaga penampilannya ketimbang laki-laki.

Berdasarkan diskusi saya dengan teman saya , wanita hanya ingin sekedar mengagumi laki-laki tampan, baik hati , cerdas dan famous , bukan berarti mereka harus berharap lebih untuk sekedar mendapatkannya walaupun mereka mengenalnya dengan baik. Walaupun tidak menutup kemungkinan mereka untuk membuka hati , tapi jauh dari rasa itu mereka lebih akan tertantang untuk mendapatkan laki-laki yang biasa saja. Meski begitu tak semua wanita terpikat pada materi yang ditawarkan laki-laki. Hanya saja mereka melihat nilai-nilai lain dari laki-laki yang biasa-biasa saja. Seperti kecocokan komunikasi , dalam percakapan mereka memiliki umpan yang baik , ringan dan lucu .

 Tidak hanya laki-laki yang sulit menebak pemikiran wanita , namun begitupun wanita juga rumit dalam memahami pemikiran laki-laki. Wanita terkadang kurang suka bahasan laki-laki yang mungkin terlalu berat bagi mereka ,  mungkin juga tidak satu selera atau hobby . Dalam suatu hubungan ada satu bahasa yang saling menghubungkan komunikasi dua arah yang saling membangun. 

Dewasa ini kita sering sekali mendengar istilah Friendzone , namun apa yang salah dari istilah ini ? saya kira kita  seharusnya meluaskan cakupan friendzone kita (lingkup persahabatan yang sehat) . Namun konteks friendzone ini dimaknai lain , mereka yang berharap memiliki status lebih dari sekedar teman atau sahabat dan memutuskan untuk menyatakan perasaannya dan kemudian ditolak oleh calon pasangannya. Maka dia merasa dia hanya di ranah Friendzone.  Lalu apa yang salah dari kasus ini ?

Mungkin secara mental dia  sudah merasa worth it untuk mendapatkan status yang lebih dari sekedar teman dengan harapannya. Namun banyak wanita yang merasa dia tidak cocok karena perlakuan dia selama ini terlalu baik baginya , atau dia sudah terlalu nyaman dengan pertemanannya. apakah ini murni atas keminderan dari sang wanita? saya rasa tidak , banyak faktor dari penolakan ini.

Kebanyakan wanita tidak terpaku oleh kriteria atau tipe lelaki tertentu seperti lelaki yang tidak merokok misalnya , tapi apabila merasa suka maka dia akan mentidak pedulikan lagi masalah rokok itu. Kebanyakan dari mereka lebih bebas dalam memberikan penilaiannya , selagi mereka merasa nyaman dalam mengenal lebih jauh . kebanyakan mereka lebih memilih laki-laki yang apa adanya dalam artian dia tidak menggunakan topeng dan tetap menjadi dirinya sendiri. You are as you are. Dan mungkin itu sepadan dengan kekurangan wanita itu sendiri , even human try to be perfect . Jadi wanita akan lebih mengapresiasi kejujuran kita atas diri sendiri. Wanita juga tidak suka di compare dengan wanita lain.

Wanita memang suka perhatian , tetapi perhatian yang berlebihan hanya akan membuatnya merasa terganggu dan akhirnya memalingkan perhatiannya kepada kita . Do your own Bussiness ! . Tetapi sekali dia memberikan perhatiannya kepada mu , setiap kata yang dikeluarkannya ingin di dengar sampai selesai. itu adalah bentuk penghormatan terbesar baginya. 

Singkatnya wanita lebih tertarik dengan laki-laki yang sungguh-sungguh menghampirinya dengan gentle dan apa adanya tanpa dibuat-buat . Dan memberikan waktunya untuk berbagi masalah-masalah yang dihadapinya . Wanita melihat hal-hal kecil yang kadang dilewatkan oleh laki-laki. Sampai-sampai mereka menyukai hal-hal yang simpel dari laki-laki . 

Yang terakhir adalah semua itu tergantung dengan perspektif dan selera anda . Karena Sesuatu yang layak untuk dimiliki adalah ketika memang kita sudah layak untuk mendapatkanya , you should worthy for  getting it as your self.

1 komentar: