Kamis, 25 April 2013

Bicara soal KEMATIAN

Kalau saya perhatikan di lingkungan pertemanan saya , ketika kita berbicara persoalan yang berujung pada topik kematian atau meninggal atau lepasnya ruh dari raga rasa-rasanya orang akan menghindari topik seperti itu dan mengalihkan pembicaraan ke topik yang lain. Mereka seolah tidak ingin kematian menghampiri mereka karena bicara soal itu atau mereka memang tidak ingin mengingat hal itu . Dan kemudian hal ini menjadi sangat tabu dibicarakan oleh para pemuda .

Jarang kita sadari bahwa kematian itu akan datang dengan sendirinya cepat atau lambat , siap atau tidak siap . Dulu saya pernah mengulas kematian sebagai gerbang awal kehidupan baru sewaktu SMP , saya ingat pokok utama tulisan saya itu mengacu kepada kesiapan kita dalam mempersiapkan kematian sebagai langkah awal kehidupan di masa mendatang. Terlepas dari ingatan saya itu , saya menulis seperti ini bukan berarti saya sepenuhnya siap akan menghadapi maut . Namun yang saya fokuskan adalah orientasi kehidupan manusia pra kematian . 

Jika menelisik kehidupan saya sebagai mahasiswa saat ini , kesehatan sukar didapati , faktor-faktornya akan saya jabarkan dalam tulisan singkat ini . Walaupun saya sering kali dipandang oleh teman-teman sebagai yang aktif dalam menjaga kesehatan seperti tidak merokok , suka olahraga (jogging , running , dan renang) , namun tetap saja tidak bisa dipastikan saya adalah orang yang sehat jasmani seutuhnya . Pertimbangannya adalah kebersihan lingkungan , pola makan , dan gaya hidup .

Kota Jakarta sebagai kota yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi di Kota Jakarta tidak membuat masyarakatnya aware akan kebersihan. Permasalahan sampah , air , dan transportasi adalah masalah besar yang sukar untuk diatasi (bukan berarti mustahil). Lingkungan yang tak sehat akan memperkecil angka harapan hidup masyarakat yang ada di kota tersebut. Hilangnya kawasan hijau yang menjadi paru-paru kota digantikan oleh bangunan pemukiman dan sarana belanja adalah hal biasa di kota ini yang diisi oleh orang yang penuh dengan toleransi dan maklum dengan masalah lingkungan. Pernahkah kalian berjalan kaki di sisi jalan besar kota Jakarta , yang anda temui adalah gugusan debu dan asap kenalpot kendaraan umum yang sangat mengganggu. Terlebih kemacetan menambah jumlah polusi yang ada . Pengelolaan sampah pun demikian buruknya disini , tak ada niatan pemerintah kota untuk menggalakan suatu cara baru untuk mengatasi masalah ini dengan mental masyarakat kota yang tidak siap menghadapi urbanisasi . Karena sesungguhnya masyarakat yang urban adalah yang peka terhadap masalah perkotaan. Di Jepang dan China sampah merupakan salah satu asset negara karena bisa dijadikan produk baru yang sangat bermanfaat bisa kita saksikan sendiri dengan daya produksi mereka di pangsa pasar negara kita. Nah sebab itu Kebersihan Lingkungan saya masukan dalam daftar faktor penyebab "Kematian".

Sebagai mahasiswa yang tidak bisa memenuhi kebutuhan pangannya sendiri otomatis saya butuh untuk membeli makanan di para penjual makanan. Permasalahannya adalah dimana penjual makanan saat ini yang sering saya jumpai tidak terlalu memperdulikan ke-hygienis-an dan kualitas makanan yang dijualnya. Kita tahu bahwa saat ini makanan yang beredar dipasaran sangat sulit untuk dibedakan kualitasnya dan mengandung bahan-bahan yang tidak jelas. Sebut saja mie , baso , sossis dan lain-lain , kemudian juga cara pengolahan mereka yang mungkin asal jadi , dengan peralatan yang jarang dibersihkan , dengan minyak yang jarang diganti (dalam kasus ini penjual gorengan) , dan lagi air yang kita minum seperti es yang terbuat dari Es-es balok yang sering kita konsumsi adalah terbuat bukan dari air yang bersih dan mengandung banyak bakteri sehingga mudah menggangu sistem imune kita . Terlebih kepada yang suka mengkonsumsi Junk Food , jelas hal itu akan mudah merusak fungsi-fungsi organ tubuh kita bila dikonsumsi secara terus-menerus. Hal ini  mungkin saja tidak langsung membuat kita sakit dan mati seketika namun jika lama-kelamaan hal ini akan menjadi sumber penyakit untuk kita karena kadar toxic yang menumpuk tak seimbang lagi dengan daya tahan tubuh kita. hal inilah yang saya indikasikan sebagai salah satu faktor yang dapat membunuh kita secara perlahan dewasa ini .

Mungkin ada baiknya jika kita mengkonsumsi makanan yang kaya akan serat , sayur-sayuran dan buah , kemudian juga kurangi makan nasi dan variatifkan menu makanan. Karena nasi atau beras itu adalah makanan pokok yang mengandung kadar gula paling tinggi diantara makanan pokok lain seperti sagu , kentang ,dan gandum .

Memang ilmu pengobatan saat ini sudah sangat maju , berbeda dengan abad ke 17 misalnya , dimana flu saja bisa membunuh kita , terlebih malaria , cacar dan lain-lain . Sanitasi yang kurang baik sering kali membawa wabah yang bisa membunuh satu kampung. Sekarang sudah tidak lagi seperti itu walau di daerah-daerah terpencil di Indonesia yang akses kesehatannya terbatas masih menjadi peramasalahan lain. Tapi coba kita perhatikan kembali masalah pelayanan kesehatan di Jakarta. The Big Question nowaday is why there was a lot of peoples go to penang or singapur to get a medical treatment ?

Ya tak bisa kita menutup mata lagi , memang pelayanan kesehatan disini belum terkelola dengan baik , dari segi pelayanan administrasi , sampai pada tenaga medis yang terlatih dan bermoral. Berangkat dari pasien adalah pemasukan utama rumah sakit memberikan persepsi bahwa tidak semua orang sakit dapat menjadi pasien yang dilayani dengan baik oleh rumah sakit. Urusan jaminan kesehatan untuk orang miskin memang sedang dibenahi kembali oleh Gubernur Jakarta terpilih saat ini. Tapi dari yang saya perhatikan dengan urusan asuransi pun terakadang masih berbelit-belit. Dokter yang tidak memegang teguh janji seorang Dokter ketika sedang berpraktek juga berpengaruh buruk terhadap pasien. Salah diagnosa , mal praktek bukan lagi berita yang jarang kita dengar. Saya terkadang lebih memilih untuk mengkonsumsi obat herbal daripada harus pergi ke dokter di rumah sakit , selain mahal juga belum tentu mendapat pelayanan yang baik.  Itulah mengapa orang yang merasa punya uang lebih , akan memilih berobat ke luar negeri , bukan berarti di Indonesia tidak bisa meninggal ketertinggalan dan lain sebagainya. Tapi hal ini lebih kepada kaidah-kaidah pelayanan yang baik yang perlu diperbaiki , singkatnya lebih memanusiakan manusia , sikap tolong menolong sudah mulai meluntur seiring dengan ketamakan manusia atas materi dewasa ini .

Kembali bicara soal kematian , sebenarnya kematian yang lebih mengerikan adalah dimana ketika Jasad kita hidup namun hati kita yang mati. Kita tidak lagi bisa melihat lagi kebenaran atau keburukan yang kita lakukan . itu adalah penderitaan yang banyak orang tak menyadarinya . Matinya sebuah bangsa bisa ditentukan oleh matinya hati-hati para pemudanya . Kita sudah bisa melihat hal ini sejak kita muda , kita lihat pergaulan-pergaulan yang berkembang di sekitar kita , dengan kata lain kita adalah bagian dari kemajuan generasi kita . bila lebih banyak pemuda yang sakit maka akan lebih menderita lagi bangsa ini di masa yang akan datang. sebagai contoh adalah budaya konsumerisme yang tinggi saat ini tidak diimbangi dengan Industri yang dimiliki oleh negara , sehingga semua yang dikonsumsi adalah produk asing , ketahanan ekonomi dipertanyakan di kemudian hari akibat efek domino dari berbagai masalah ini. Kita terlalu ketergantungan akan produk asing. Bicara soal moral terlebih lagi , manusia Indonesia lebih suka dengan simbol dan slogan sejak dulu . Padahal hal itu tidak akan mempengaruhi siapa sebenarnya kita . Jadi orang yang memiliki kepribadian adalah barang langka di negeri ini . semua suka ikut-ikutan , bahkan media sering kali mengarahkan opini sehingga masyarakat pun mengekor dan membebek sejadi-jadinya . Saya tidak tahu kalau kemudian hari peranan media akan kembali menjadi netral atau tidak , mungkin kita harus merevisi kembali kebebasan pers kita agar tidak kebablasan .



Tidak ada komentar:

Posting Komentar